Jumat, 21 Maret 2014

Bahasa Indonesia 2 : Berpikir dan Bernalar



                                                                   BAB I

                                                           PENDAHULUAN



A. Latar belakang



Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam berpikir.


B. Rumusan maslah



Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain :


1. Apa pengertian berpikir ?


2. Apa perbedaan antara berpikir dan bernalar ?


3. Apakah arti dari bahasa dan pikiran ?


4. Apa saja macam – macam berpikir ?






C. Tujuan pembahasan



Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara lain :


1. Untuk mengetahui pengertian dari berfikir.


2. Untuk mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.


3. Untuk mengetahui arti dari bahasa dan pikiran.


4. Untuk mengetahui macam – macam berpikir.



                                                                   BAB II

                                                             PEMBAHASAN


A. Berfikir sebagai aktivitas mental



Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.


Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.


Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.


Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).


Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :


Ø Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan


Ø Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.


Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.


Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.


Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.


B. Berfikir dan Bernalar

Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :


 Induktif : proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus ( particular ).


 Deduktif : penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.


 Abduktif : penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.


Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tak sahih.


C. Bahasa dan Pikiran

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita inginkan.


Ciri – ciri terutama dari berfikir adalah adanya abstraksi ( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda – benda, kejadian – kejadian, situasi – situasi yang mula – mula dihadapi sebagai kenyataan.


Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. “ Bahasa” hewan adalah bahasainsting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.


Dengan bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain – lain yang abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpan, menjadi tanggapan – tanggapan dan pengalaman – pengalaman, kemudian diolah ( berfikir ) menjadi pengertian – pengertian.


Dalam lapangan berfikir, Watson terkenal dengan teorinya bahwa berfikir pada hakikatnya adalah implicit behavior ( Dirgagunarsa, 1996 ). Berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku motoris. Anak – anak, bahkan orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara. Berfikir dengan bersuara ini adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase selanjutnya, berbicara terhadap diri sendiri ini menghilang dan diganti dengan gerakan – gerakan kecil pada lidah yang tidak dapat terlihat dari luar. Seorang anak belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang sedang dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh karenaitu, ia dapat mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa.




D. Macam – Macam Berfikir

Secara garis besar, ada dua macam berfikir, yaitu :

 Berfikir Autistik : lebih tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan berfikir seperti ini, seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar – gambar fantastis.


 Berfikir Realistik : sering disebut reasoning ( nalar ), adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch ( 1967 ), sperti dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir realistic :


- Berfikir Deduktif : berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama merupakan pernyataan umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.


- Berfikir Induktif : adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ). Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian ( data ) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi ) terhadap data.


- Berfikir Evaluatif :ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ). Perlu diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam factor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman – pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.



               DEFINISI DAN METODE PENALARAN

                                            DEFINISI PENALARAN.


Pengertian Penalaran dari Berbagai Sumber:

1. Berdasarkan e-learning gunadarma

Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.

2. Berdasarkan Wikipedia

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

3. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia

a. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis

b. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman

c. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip

Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:

1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.


2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.


3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.


PENALARAN INDUKTIF DAN INDUKTIF


penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.

contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata


penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistic.

penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh, penulis blog ingin tahu apakah kesimpulan tersebut berlaku jika diaplikasikan kepada pihak lain, dalam hal ini kepada ulil.
berbeda dengan penalaran Deduktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :

Contoh
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan 
:. anjing punya mata

KESALAHAN PENALARAN

Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:
1. Salah nalar induktif, berupa (1) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, (2) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat, (3) kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena: (1) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi; (2) kesalahan karena adanya term keempat; (3) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan (4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

C. Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

D. Ciri- Ciri Penalaran :

1. dilakukan dengan sadar

2. didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3. Sistematis
4. terarah, bertujuan

5. menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru

6. sadar tujuan

7. premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh

8. pola pemikiran tertentu

9. sifat empiris rasional

                                       BAB III

                                      PENUTUP 

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain.

2. Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.

3. Berfikir lebih luas dari sekedar bernalar.

4. Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak.

5. Macam – macam berpikir diantaranya berfikir autistic dan berfikir realistic. Dan berfikir realistis yaitu dengan berfikir deduktif, induktif, evauatif.

Referensi :

http://viecenut.blogspot.com/2012/06/teori-berfikir.html

http://indrajuliansyah-carabermaingitar.blogspot.com/2012/03/definisi-dan-metode-penalaran_23.html



Kamis, 12 Desember 2013

Tugas Softskill Perilaku Konsumen 


Tugas Perilaku Konsumen
Kelompok 6
Kelas 3ea12
Nama Kelompok :
                                                           1. Praseptio Mandarizal            (15211554)
                                                           2. Rizki Arianto Marman          (16211331)
                                                           3. Satrio Adi Nugroho              (16211637)
                                                           4. Sudiro                                   (16211919)
Kelas : 3EA12
Mata Kuliah : Perilaku Konsumen (Softskill)
Dosen : ZAIDATUN EKASTUTI
Fakultas / Jurusan : Ekonomi / S1 Manajemen
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul ” Pembentukan dan perubahan sikap konsumen ” yang dapat menyelesaikan tugasnya dalam tepat waktu.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari tugas ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar tugas ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Depok, 16 November 2013
 Pembentukan dan perubahan sikap konsumen

Sikap terjadi dalam situasi terdiri dari :
1. Sikap pembentukan dan perubahan konsumen.
Sebagai Konseumen kita masing – masing mempunyai berbagai macam sikap terhadap produksi, Jasa Iklan, Pelayanan langsung surat ( Direct Mail ) , Internet dan Toko Ritel. Dalam konteks perilaku konsumen, pengertian mengenai berbagai macam sikap yang umum akan memberi manfaat strategis yang besar. Untuk sampai ke inti yang mendorong perilaku para konsumen, riset sikap telah digunakan untuk mempelajari berbagai macam masalah pemasaran yang strategi. Tujuan riset untuk mengenali sikap sikap terakhir sebagai dasar memuasakan berbagai macam kebutuhan konsumen dengan lebih baik.

2. Sikap sebuah kecenderungan belajar untuk berperilaku dengan cara yang konsisten menguntungkan atau tidak menguntungkan sehubungan dengan objek tertentu.
Sikap kecenderungan belajar itu sangat menguntungkan karena kita bisa memilih suatu objek tertentu bila sebelum memilih.

3. Sikap objek.
Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek, objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media dan sebagainya.

4. Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari.
Sikap mempunyai kualitas memotivasi, yaitu dapat mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu.

5. Sikap Mempunyai Konsistensi.
Karakteristik lain dari sikap adalah bahwa sikap relative konsisten dengan perilaku yang dicerminkannya. Tetapi, walaupun mempunyai konsistensi, sikap tidak selalu harus permanen artinya sikap dapat berubah.
6. Sikap Terjadi Dalam Situasi Tertentu.
Situasi adalah berbagai peristiwa atau keadaan yang, pada tahap dan waktu tertentu, mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku. Situasi tertentu dapat menyebabkan para konsumen berperilaku dengan cara yang kelihatannya tidak konsisten dengan sikap mereka.
Gambar 8.1 Wendy's menawarkan salads untuk membedakan dirinya sendiri
Gambar 8.1 : Wendy penawaran salads untuk bedakan dirinya sendiri
Dalam pengolahan makanan perusahaan makanan wendy’s membedakan makanan nya dari yang lain untuk bersaing dengan perusahaan makanan yang lain nya.

Sikap Model Struktur
Sikap Model Struktur Ada Tiga Komponen
Sikap ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
  1. Komponen Kognitif, adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan ini dan persepsi yang ditimbulkannya biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu.
  1. Komponen Afektif, merupakan emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu. Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluative sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap obyek sikap secara langsung dan menyeluruh.
  1. Komponen Konatif, berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap tertentu. Menurut beberapa penafsiran komponen konatif mungkin mencakup perilaku sesungguhnya itu sendiri, dalam riset pemasaran dan konsumen komponen ini sering dianggap sebagai pernyataan maksud konsumen untuk membeli.
Sikap Model Multi Sifat
Secara singkat terdapat tiga model dalam model sikap multi sifat, yaitu:
  1. Model sikap terhadap obyek, sikap merupakan fungsi evaluasi atas keyakinan yang product-specific dan evaluasi.
  2. Model sikap terhadap perilaku, sikap untuk berperilaku atau bertindak berkenaan dengan suatu obyek, daripada sikap terhadap obyek itu sendiri.
  3. Teori model tindakan yang beralasan, sebuah model sikap yang komprehensif dan integrative.
- Teori Usaha Mengkonsumsi
Suatu teori sikap yang dirancang untuk menjelaskan berbagai kasus di mana tindakan atau outcome tidak pasti, tetapi sebaliknya merefleksikan usaha konsumen untuk mengkonsumsi merupakan (atau membeli).
- Model Sikap terhadap Iklan
Suatu model yang menyatakan bahwa seorang konsumen membentuk berbagai perasaan (affects) dan penilaian (cognitions) sebagai hasil dari eksposur terhadap suatu iklan, di mana sebaliknya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan sikap terhadap merek.
Figure 8.2 Representasi sederhana model sikap Tricomponent

Kognitif, adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber.
Afektif, merupakan emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu.
Konatif, berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap tertentu.
Model Sikap Ada Tiga Komponen Terdiri Dari :
1. Komponen kognitif pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dengan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi terkait dari berbagai sumber.
Komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seeorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan tesebut kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek dari sikap tersebut.

2. Komponen afektif sebuah emosi konsumen atau perasaan tentang produk tertentu atau merek.
Komponen yang terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap suatu objek, terutama penilaian, yang bersifat evaluatif dan berhubungan erat dengan nilai – nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen konatif kemungkinan atau kecenderungan bahwa seorang individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu berkaitan dengan objek sikap.
Merupakan kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.
Model Sikap Multi Sifat Terdiri Dari :
1. Model sikap yang meneliti komposisi sikap konsumen dalam hal atribut produk yang dipilih atau keyakinan.
Model  sikap  multi  sifat  mengambarkan  sikap  konsumen  terhadap  obyek  sikap (seperti produk, jasa atau sebab atau isu tertentu) sebagai fungsi persepsi dan penilaian konsumen terhadap sifat-sifat atau keyakinan pokok yang dipegang mengenai obyek sikap tertentu.
2. Model sikap terhadap obyek-Sikap adalah fungsi evaluasi keyakinan spesifik produk dan evaluasi
Model sikap terhadap obyek sangat cocok untuk mengukur sikap terhadap golongan produk (atau jasa) atau merek tertentu. Menurut model ini sikap konsumen terhadap produk atau merek tertentu merupakan fungsi dari adanya (atau tidak adanya) dan pernilaian terhadap keyakinan atau sifat- sifat produk tertentu.
3. Model sikap terhadap perilaku-Apakah sikap terhadap berperilaku atau bertindak sehubungan dengan obyek, bukan sikap terhadap obyek itu sendiri
Model sikap terhadap perilaku merupakan sikap individu dalam berperilaku atau bertindak terhadap obyek tertentu, dan bukannya sikap terhadap obyek itu sendiri. Daya tarik model sikap terhadap perilaku ini adalah bahwa model ini kelihatan agak lebih mendekati perilaku yang sebenarnya daripada model sikap terhadap obyek.
- Teori model tindakan yang beralasan, sebuah model sikap yang komprehensif dan integrative.
Teori tindakan yang beralasan menggambarkan pengintegrasian komponen- komponen sikap secara menyeluruh ke dalam struktur yang dimaksudkan untuk menghasilkan penjelasan yang lebih baik maupun peramalan yang lebih baik mengenai perilaku.
- Sikap Menuju Model Perilaku
Sebuah model yang mengusulkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu perilaku tertentu merupakan fungsi dari seberapa kuat ia percaya bahwa tindakan tersebut akan menyebabkan hasil tertentu (baik menguntungkan atau tidak menguntungkan).
- Teori beralasan Aksi
Sebuah teori komprehensif keterkaitan antara sikap, niat, dan sebuah perilaku.
Gambar 8.4 Sebuah Versi Sederhana Teori beralasan Aksi
- Teori Usaha Mengkonsumsi
Sikap teori yang dirancang untuk menjelaskan banyak kasus dimana tindakan atau hasilnya tidak yakin tetapi mencerminkan konsumen mencoba untuk mengkonsumsi ( atau pembelian ).

Gambar 8.5 Iklan Menggambarkan Cara Untuk Mengkonsumsi

 Jadi pada gambar 8.5 ini digambarkan iklan untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Iklan tersebut menjelaskan bahwa produk tersebut memaparkan penjelasan isi produk tersebut dengan jelas untuk mengkonsumsi nya dengan benar dan baik.







Tabel 8.6 Contoh Terpilih Hambatan Potensi Itu Bisa Berdampak Mencoba
- Hambatan PRIBADI POTENSI
"Saya bertanya-tanya apakah kuku saya akan lebih panjang pada saat pernikahan saya."
"Saya ingin mencoba untuk kehilangan £ 15 pada musim panas mendatang."
"Aku akan mencoba untuk mendapatkan tiket untuk pertunjukan Broadway untuk ulang tahun Anda."
 "Aku akan mencoba untuk berhenti merokok untuk ulang tahun saya."
"Saya akan meningkatkan berapa sering saya pergi ke gym dua sampai empat kali seminggu."
"Malam ini, aku tidak akan memiliki makanan penutup di restoran."
- Hambatan LINGKUNGAN POTENSIAL
"Yang pertama sepuluh orang untuk menelepon akan menerima kaos gratis."
"Maaf, sepatu tidak datang dalam pengiriman ini dari Italia."
"Hanya ada tiga botol sampanye di gudang kami. Anda lebih baik datang di suatu hari. "
"Saya minta maaf. Kita tidak bisa melayani Anda. Kami menutup restoran karena ada masalah dengan oven."

Itu adalah beberapa sebagian dalam habatan

- Sikap Menjadi Model Iklan
Seorang model yang mengusulkan bahwa konsumen membentuk berbagai perasaan (mempengaruhi) dan penilaian (kognisi) sebagai akibat dari paparan iklan, yang pada gilirannya, mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan sikap terhadap merek.
Jadi pernyataan diatas menunjukan apabila ingin menjadi model iklan kita dituntun untuk bisa mempengaruhi konsumen. Dalam setiap perkataan dan isyarat yang di lihatkan kepada konsumen untuk menarik perhatian nya untuk sebuah produk tertentu.
Gambar 8.6 Sebuah Konsepsi Hubungan antara Unsur dalam Sikap terhadap Model Iklan







Suatu konsep hubungan setiap unsur tersebut terdiri dari :
·         Paparan Iklan : Dalam suatu iklan akan mempengaruhi setiap konsumen untuk membeli dan memakai produk tersebut.
·         Penilaian Tentang Iklan : Konsumen akan menilai produk tersebut layak atau tidak untuk diri mereka sendiri.
·         Pengaruh Dari Iklan : Iklan tersebut berpengaruh atau tidak nya terhadap konsumen akan berpengaruh terhadap produk tersebut.
·         Keyakinan merk : Dalam memasarkan merk suatu produk harus meyakinkan konsumen
·         Sikap Produk : Dengan menyikapi produk, konsumen akan menilai produk tersebut
·         Sikap Merek : Dari keseluruhan akan menjadi penilaian merek melalui konsumen  
Jadi bagan diatas adalah menunjukan tentang yang harus kita pikirkan apabila ingin memunculkan sebuah iklan.
  
Isu - isu dalam Pembentukan Sikap
Bagaimana sikap dipelajari
Dalam menyikapi mempelajari setiap perilaku mengkonsumsi
Sumber pengaruh pada pembentukan sikap
Tepengaruh dalam sikap menjadi konsumen
 faktor kepribadiakepribadian dalam konsumsi suatu produk
Gambar 8.8? Mendorong? Percobaan
Jadi gambar diatas adalah untuk mempengaruhi konsumen untuk mencoba produk tersebut.
Dalam suatu produk produsen mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk untuk di konsumsi atau di pakai dengan memberikan masa percobaan atau memberikan secara gratis dan apabila konsumen ingin mendapatkan kelebihan dalam suatu produk tersebut konsumen harus membayar lebih untuk produk tersebut.
- Strategi Perubahan Sikap
Mengubah Dasar Motivasi Fungsi.
Bergaul Produk Dengan Grup Dikagumi atau Kegiatan.
Menyelesaikan Konflik Dua Sikap.
Mengubah Komponen multi atribut Model.
Mengubah Keyakinan Tentang Merek Pesaing.
strategi di atas adalah strategi yang harus diambil oleh pengusaha apabila produk pesaing sudah mulai bermunculan.

- Empat Fungsi Dasar Sikap
     

                                    

   ·      Utilitarian Fungsi
   ·       Fungsi ego defensif
   ·       Nilai Fungsi ekspresif
   ·       Pengetahuan Fungsi



Pernyataan diatas adalah apa saja yang dipikirkan kosumen sebelum membeli produk, Dalam pembelian produk konsumen mempunyai dasar menyikapi nya.
Gambar 8.9 Clorox menggunakan daya tarik yang bermanfaat

Gambar diatas adalah contoh gambar produk pesaing di mana produk tersebut menawarkan penghematan dalam satu pemakaian saja. Dimana produk tersebut menawarkan dan mencoba menarik konsumen untuk membeli.








Gambar 8.10 ramah tamah menggunakan Ego defensif banding

Dalam Iklan tersebut menjelaskan bahwa produk tersebut mengunakan bahan – bahan atau komposisi pembuatan yang aman dan ramah lingkungan untuk di gunakan.

Gambar 8.11 AC Delco menggunakan daya tarik yang nilai-ekspresif

Iklan tersebut memperlihatkan kepada konsumen bahwa produk tersebut mempunyai nilai atau daya tarik yang tinggi dalam ekspresi apa bila di konsumsi.









Gambar 8.12 Pengetahuan Dalam Membandingkan

Iklan tersebut memperlihatkan komposisi atau perbandingan yang signifikan dalam produk tersebut dimana konsumen bisa membandingkan suatu produk ke produk lain nya.





- Elaborasi Kemungkinan Model (ELM)
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tingkat seseorang keterlibatan selama proses pesan merupakan faktor penting dalam menentukan rute yang persuasi seefektif mungkin.
- Mengapa mungkin perilaku mendahului pembentukan sikap?
Di karenakan ada 2 kemungkinan yaitu :
1.Teori disonansi kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidak nyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidak nyamanan tersebut.

2.    Teori attribution
Teori ini mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti,  menilai dan menyimpulkan  sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah-laku yang dilakukan orang lain. Dengan kata lain teori ini mencoba menjelaskan proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan.













Dalam skema tabel di atas bisa di jelaskan bahwa, pembentukan sikap seorang konsumen akan terpengaruh untuk berperilaku membeli suatu barang atau makanan dan dari itu terbentuk sikap konsumen.
Gambar 8 17 mengurangi disonansi kognitif


Dari gambar tersebut terlihat bahwa bagaimana seseorang bertahan dengan gaji dua bulan untuk selamanya, dan harus mengambil keputusan langkah demi langkah walaupun ketidak nyamanan tersebut untuk bertahan dengan gaji nya tersebut.
posting pembelian disonansi
Disonansi kognitif yang terjadi setelah konsumen telah membuat komitmen pembelian. Konsumen menyelesaikan disonansi melalui berbagai strategi yang dirancang untuk mengkonfirmasi kebijaksanaan pilihan mereka.
Isu – isu  dalam atribusi teori terdiri dari :
·         teori persepsi diri
·         atribusi terhadap orang lain
·         atribusi terhadap hal-hal
·         Bagaimana menguji attributions kita ?
- Teori persepsi diri
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa para konsumen mengembangkan sikap dengan mencerminkan pada mereka sendiri dan perilaku.
Fakrot – Faktor persepsi yaitu :
1.      Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu.
2.      Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
- Atribusi defensif
Teori yang menunjukkan konsumen yang akan menerima hasil kredit untuk sukses
( internal attribution ) dan menyalahkan orang lain atau produk untuk kegagalan
( eksternal attribution ).
Bagaimana cara menguji teori atribusi
Ada dua cara nya yaitu :

·         Teori persepsi diri adalah sebuah teori yg mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap dengan mereflesikan pada prilaku mereka sendiri.

 Atribusi bertahan adalah sebuah teori yg menunjukan konsumen cenderung untuk menerima hasil yg memuaskan (atribusi internal) kesalahan orang dalam memproduksi gagal (atribusi eksternal).
- Kriteria atribusi kausal

  • ke khasan nya
  • konsistensi dalam waktu
  • konsistensi dalam modalitas
  •  konsesus
PENUTUP
KESIMPULAN
            Dari beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tingkah laku atau proses yang dilakukan oleh individu, keluarga, lingkungan masyarakat, atau budaya yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan  dan menggunakan produk atau jasa yang diinginkan. Dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut yang didapat dari pengalaman ataupun dipengaruhi lingkungan. 
PENUTUP
            Penulis menyadari dalam pembutan tugas yang membahas tentang perilaku konsumen dalam pembahasan tersebut masih banyak kekurangaan untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun  demi kesempurnaan makalah selanjutnya.