Jumat, 21 Maret 2014

Bahasa Indonesia 2 : Berpikir dan Bernalar



                                                                   BAB I

                                                           PENDAHULUAN



A. Latar belakang



Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam berpikir.


B. Rumusan maslah



Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain :


1. Apa pengertian berpikir ?


2. Apa perbedaan antara berpikir dan bernalar ?


3. Apakah arti dari bahasa dan pikiran ?


4. Apa saja macam – macam berpikir ?






C. Tujuan pembahasan



Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara lain :


1. Untuk mengetahui pengertian dari berfikir.


2. Untuk mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.


3. Untuk mengetahui arti dari bahasa dan pikiran.


4. Untuk mengetahui macam – macam berpikir.



                                                                   BAB II

                                                             PEMBAHASAN


A. Berfikir sebagai aktivitas mental



Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.


Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.


Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.


Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).


Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :


Ø Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan


Ø Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.


Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.


Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.


Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.


B. Berfikir dan Bernalar

Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :


 Induktif : proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus ( particular ).


 Deduktif : penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.


 Abduktif : penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.


Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tak sahih.


C. Bahasa dan Pikiran

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita inginkan.


Ciri – ciri terutama dari berfikir adalah adanya abstraksi ( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda – benda, kejadian – kejadian, situasi – situasi yang mula – mula dihadapi sebagai kenyataan.


Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. “ Bahasa” hewan adalah bahasainsting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.


Dengan bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain – lain yang abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpan, menjadi tanggapan – tanggapan dan pengalaman – pengalaman, kemudian diolah ( berfikir ) menjadi pengertian – pengertian.


Dalam lapangan berfikir, Watson terkenal dengan teorinya bahwa berfikir pada hakikatnya adalah implicit behavior ( Dirgagunarsa, 1996 ). Berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku motoris. Anak – anak, bahkan orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara. Berfikir dengan bersuara ini adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase selanjutnya, berbicara terhadap diri sendiri ini menghilang dan diganti dengan gerakan – gerakan kecil pada lidah yang tidak dapat terlihat dari luar. Seorang anak belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang sedang dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh karenaitu, ia dapat mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa.




D. Macam – Macam Berfikir

Secara garis besar, ada dua macam berfikir, yaitu :

 Berfikir Autistik : lebih tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan berfikir seperti ini, seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar – gambar fantastis.


 Berfikir Realistik : sering disebut reasoning ( nalar ), adalah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch ( 1967 ), sperti dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir realistic :


- Berfikir Deduktif : berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama merupakan pernyataan umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.


- Berfikir Induktif : adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ). Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian ( data ) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi ) terhadap data.


- Berfikir Evaluatif :ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ). Perlu diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam factor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman – pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.



               DEFINISI DAN METODE PENALARAN

                                            DEFINISI PENALARAN.


Pengertian Penalaran dari Berbagai Sumber:

1. Berdasarkan e-learning gunadarma

Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.

2. Berdasarkan Wikipedia

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

3. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia

a. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis

b. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman

c. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip

Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:

1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.


2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.


3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.


PENALARAN INDUKTIF DAN INDUKTIF


penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.

contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata


penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistic.

penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh, penulis blog ingin tahu apakah kesimpulan tersebut berlaku jika diaplikasikan kepada pihak lain, dalam hal ini kepada ulil.
berbeda dengan penalaran Deduktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :

Contoh
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan 
:. anjing punya mata

KESALAHAN PENALARAN

Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:
1. Salah nalar induktif, berupa (1) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, (2) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat, (3) kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena: (1) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi; (2) kesalahan karena adanya term keempat; (3) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan (4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

C. Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

D. Ciri- Ciri Penalaran :

1. dilakukan dengan sadar

2. didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3. Sistematis
4. terarah, bertujuan

5. menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru

6. sadar tujuan

7. premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh

8. pola pemikiran tertentu

9. sifat empiris rasional

                                       BAB III

                                      PENUTUP 

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain.

2. Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.

3. Berfikir lebih luas dari sekedar bernalar.

4. Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak.

5. Macam – macam berpikir diantaranya berfikir autistic dan berfikir realistic. Dan berfikir realistis yaitu dengan berfikir deduktif, induktif, evauatif.

Referensi :

http://viecenut.blogspot.com/2012/06/teori-berfikir.html

http://indrajuliansyah-carabermaingitar.blogspot.com/2012/03/definisi-dan-metode-penalaran_23.html